By : Liwaul Hamdi
Di
media elektronik, media masa, dan media cetak telah banyak kita saksikan, liat,
dan kita baca. Bahwa betapa banyaknya permasalahan yang terdapat di ibu kota
ini. Sebut saja kemacetan, banjir, kemiskinan, lingkungan kumuh, gepeng
(gelandangan dan pengemis .red), dan banyak lagi. Seolah masalah ini telah
mendarah daging, dan mengakar. Masyarakatpun sepertinya sudah tidak mau lagi
ambil pusing untuk memikirkan permasalahan tersebut. Karna sebagian besar
masyarakat berfikir, bagaimana perut mereka terisi dan kenyang, dan tidak
mengganggu orang lain.
Saya baru tiga tahun di ibu kota ini, di dalam diri saya ada sebuah harapan tentang kota yang hampir tidak pernah tidur ini. Apa lagi dengan orang-orang yang telah berpuluh tahun mendiami kota ini, pasti mengharapkan kota ini lebih maju lagi. Naluri Mahasiswa saya mulai terusik untuk memikirkan solusi mengatasi permasalahan yang sedang di hadapi kota ini.
Banjir,
berbicara masalah banjir, apa sih yang menyebabkan kota metropolitan ini bisa
terkena banjir? Bahkan hampir setiap tahun ada saja sudut kota yang terendam
banjir. Apa karna curah hujan yang cukup tinggi? Saya rasa tidak, karna bukit
atau pegunungan di daerah jakarta bisa dibilang tidak ada. Jadi bisa dipastikan
sangat jarang sekali hujan turun di jakarta.Lalu kenapa baru hujan setengah jam
saja, jakarta sudah terendam air? Yup.. mungkin pemikiran anda sama dengan
saya, karna ulah masyarakat jakarta sendirilah jakarta sering dilanda banjir.
Pola hidup yang serba tidak teratur, salah satunya dengan buang sampah
seenaknya saja tidak pada tempat yang telah disediakan. Saluran air (got.red)
dibuat bukan untuk menampung sampah, tapi untuk mengaliri limbah rumah tangga,
seperti sisa air cuci piring, sisa air
mencuci pakaian dll. Bisa dibayangkan lebih dari 10 juta penduduk jakarta
melakukan hal yang sama setiap harinya, gimana sampah gak menumpuk di saluran dan
kali-kali. Bahkan bukan air lagi yang ada di kali tersebut tetapi sudah lumpur sampah.
Seandainya
saja semua penduduk kota Jakarta membuang sampah pada tempatnya, mencintai
lingkungan disekitar mereka, menjaga keseimbangan ekositem alam. Insyaallah 10
tahun mendatang kali-kali di kota ini akan bersih dan bebas dari sampah. Air
yang ada di kalipun akan mengalir dan ini akan menjadi satu keuntungan besar
ibarat kata pepatah “ sambil menyelam minum air”, karna apa? Karana kali yang
bersih bisa dimanfaatkan sebagai jalur transportasi air.
Macet,
masyarakat ibu kota ini mungkin sudah sangat hafal dengan jam-jam macet di
Jakarta. Kondisi ini terus berlansung dari waktu ke waktu tanpa ada langkah
kongkrit dari pemerintah untuk menanggulanginya. Dari data survei telah
membuktikan, 250 unit kendaraan roda empat dan 1200 kendaraan roda dua terus
lahir setiap harinya di ibu kota. Sedangkan perencanaa perluasan jalan dan
penambahan armada transportasai masal masih dalam wacana dari pemerintah.
Mari
sama-sama kita telaah, apa sih sebenarnya yang menyebabkan macet di kota ini?
Pertama, karna jumlah kendaraan yang setiap harinya selalu bertambah?, kurangnya
minat masyarakat untuk menggunakan transportasi masal atau angkutan umum?. Tapi
dari pemikiran saya, masalah yang paling utama penyebab macet adalah karna
tingkah laku dari pengendara itu sendiri. Beberapa contoh, pengendara masih
belum terlalu paham dengan peraturan dan rambu-rambu lalulintas, sedangkan
pengendara yang pahampun dengan sengaja melanggar rambu-rambu tersebut,
pengendara juga tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan yang paling saya
sorot adalah para pengguna jalan tidak sabar dalam berkendara.
Kenapa
saya bilang tidak sabaran, terbukti dari banyaknya speda motor, mobil pribadi
dan angkutan umum melewati jalur BUS WAY, menerobos lampu merah padahal lampu
hijau belum menyala. Sering kali saya perhatikan di lampu merah, pengguna jalan
selalu melewti batas garis yang telas di tetapkan, pengendara sepeda motor
bukannya mengurangi laju motornya ketika lampu kuning menyala tapi justru
tancap gas agar tidak terjebak di lampu merah. Di sisi lain, lampu hijau belum
menyala tapi pengendara speda motor sudah memacu kendaraannya. Dengan kondisi
dan sikap yang seperti ini, tak heran kalau sering terjadi kecelakaan
lalulintas di jalan raya.
Otomatis, kalau sudah terjadi kecelakaan, maka
macetpun pasti terjadi. Bukti lain kalau pengemudi tidak sabar, terutama
pengendara sepeda motor. Trotoar yang seharusnya menjadi hak feto pejalan kaki
malah diambil alih. Maka tak jarang kita lihat kalau pejalan kaki ada yang
berjalan di bahu jalan bukan di trotoar.
Solusinya,
seandainya saja pengendara roda dua dan roda empat, sabar dalam berkendara,
bukan cuma tau dan hafal dengan peraturan berlalulintas, tetapi juga memahami
peraturan tersebut dan juga memahami keadaan lingkungan sekitar. Kalaulah
pengguna jalan sabar dan paham, maka tidak lama lagi jalanan yang lancar,tertib
dan nyamanpun akan sama-sama kita rasakan.
Mimpi
saya tidak hanya itu, saya masih berharap Jakarta memiliki angkutan masal yang
bersih, rapi, dan tertib. Masyarakatnya berpendidikan tinggi, sehingga tidak
gampang dibodohi oleh pihak asing. Dan yang paling saya harapkan untuk kota ini
adalah jakarta yang madani, ya madani..
dimana masyarakatnya menerapkan hukum-hukum Islam di semua bidang kehidupan.
Itu
hanya mimipi saya, sebuah khayalan mahasiwa tahun akhir, silahkan anda
berpendapat apa tentang khayalan saya ini.
Syukron
telah membaca ^_^